Sabtu, 14 April 2012
Rabu, 11 April 2012
Rabu, 15 Februari 2012
KELEBIHAN BURUNG MAKAO
Bila seseorang terinfeksi racun, cara penanggulangannya adalah minum
obat untuk menangkal pengaruh racun atau mengeluarkan racun dari tubuhnya
melalui penanganan medis. Bila tidak, seseorang yang tidak memiliki pengetahuan
khusus tentang racun tentu tidak bisa mengobati dirinya sendiri dengan
memanfaatkan tanaman atau beberapa jenis zat yang bisa menangkal pengaruh
racun.
Namun, sejumlah makhluk sudah memiliki pengetahuan ini sejak
lahir, sementara manusia rata-rata harus mempelajarinya melalui pendidikan.
Hewan-hewan tertentu, yang tidak memiliki pikiran sehingga tidak dapat dididik,
tidak punya kecerdasan, dan pendeknya, tidak punya akal sama sekali, dapat
mengobati diri mereka dengan sangat mudah. Hal yang menarik perhatian dari
metode yang digunakan hewan untuk menyembuhkan dirinya sendiri adalah mereka
benar-benar tahu apa yang harus dilakukan dan bisa memutuskan apa yang terbaik
untuk masing-masing penyakit. Apakah memang hewan-hewan ini sendiri yang
memutuskan hal ini? Dengan cara apa hewan-hewan ini memiliki pengetahuan
sedemikian? Para evolusionis mengklaim bahwa sebagian besar tingkah-laku hewan
yang seperti ini adalah berdasarkan insting atau naluri. Tetapi, mereka tidak
dapat menerangkan asal-usul tingkah-laku ini atau bagaimana tingkah-laku ini
muncul untuk pertama kalinya.
Pertama-tama, tidak mungkin makhluk-makhluk
mempelajari tingkah-laku ini dengan berjalannya waktu. Hewan yang keracunan,
misalnya, akan segera mati. Bila sudah begitu, tidak mungkin lagi hewan ini
membayangkan cara melenyapkan faktor yang menyebabkannya keracunan. Selain itu,
kita tidak boleh lupa bahwa hewan tidak punya akal sehingga tidak mampu
memikirkan jalan keluar yang seperti itu.
Marilah kita
lihat, melalui suatu contoh, bagaimana hewan menampilkan perilaku sadar atau
berakal saat menyembuhkan diri. Makao, yang merupakan sejenis burung nuri, hidup
di wilayah tropis Amerika Selatan dan Tengah. Salah satu sifat yang paling
menonjol dari makhluk ini, di samping warna-warninya yang sangat memesona,
adalah mereka memakan biji-bijian yang beracun. Burung ini, yang dapat
memecahkan kulit yang terkeras sekali pun dengan paruhnya yang bengkok, adalah
ahli di bidang biji beracun. Ini cukup mengagetkan, karena, bila burung memakan
biji beracun, biasanya hal itu akan mencelakakan mereka. Namun, yang
mengherankan, hal ini tidak terjadi. Segera sesudah memakan biji beracun, burung
langsung terbang menuju tempat berbatu-batu dan mulai menggerogoti dan menelan
pecahan batu bertanah liat di sana. Alasan di balik perilaku ini adalah pecahan
batu bertanah liat menyerap racun di dalam biji-bijian, sehingga menetralisir
pengaruh racun. Dengan cara ini, burung-burung dapat mencernakan biji-bijian
tanpa membahayakan tubuhnya sama sekali.28
Sudah jelas tidak mungkin makao tahu
dengan sendirinya bagaimana menawarkan atau mengurangi pengaruh racun yang
ditemukan dalam biji-bijian yang dimakannya. Inilah bukti bahwa perilaku berakal
pada makhluk hidup ini tidak berasal dari dirinya sendiri, dan asal muasalnya
juga tidak dapat dicari pada kekuatan atau faktor lain yang ada di alam. Ada
kekuatan yang tak terlihat yang mengendalikan tingkah-laku semua makhluk, dan,
dengan kata lain, mengilhami apa yang harus dilakukannya. Kekuatan yang tiada
tara ini adalah milik Allah. Allah, Sang pemilik pengetahuan yang tak
tertandingi, adalah Pemelihara segala sesuatu
RANCANGAN TERPERINCI BULU-BULU BURUNG SEBAGAI KEBESARAN TUHAN
RANCANGAN TERPERINCI BULU-BULU BURUNG
Sebagian besar orang, setidaknya satu kali, mungkin pernah menyentuh dengan jari-jari mereka, bulu burung yang mereka temukan tergeletak di tanah, atau menangkap bulu yang terjatuh dari burung yang sedang terbang di udara. Mungkin mereka sudah memperhatikan struktur bulu yang simetris, struktur yang lebih tipis bulu lembut yang terdapat pada setiap sisi, yang tampak seakan-akan saling mengunci satu sama lain. Sebenarnya, jika ada kesempatan memeriksa bulu burung ini di bawah mikroskop, keheranan mereka terhadap rancangan yang menakjubkan ini bahkan akan semakin besar.
Di bagian tengah bulu burung ada sebuah tabung yang keras dan panjang. Cabang-cabang bulu (barb) terulur dari kedua sisi tangkai tabung ini. Bulu ini, yang panjang dan kelembutannya bervariasi, membuat burung mampu menggunakan udara dengan cara yang paling tepat. Selain itu, bila melihat dengan lebih teperinci, kita bahkan akan menemukan struktur yang lebih menarik. Setiap cabang bulu ini memiliki unting yang lebih kecil dan melekat kepadanya, yang disebut “barbule”dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Barbule (anyaman bulu) tersangkut pada pengait berukuran teramat kecil yang disebut “hamuli.” Dengan bantuan pengait kecil ini, anyaman bulu yang bersebelahan, berpautan satu sama lain seperti risleting.27
Di setiap bulu burung bangau ada 650 cabang bulu atau barb, di kedua sisi tangkai bulu. Di setiap cabang bulu ini terdapat 600 anyaman bulu atau barbule. Semua anyaman bulu ini dikaitkan dengan 390 pengait. Pengait dikelem jadi satu seperti dua sisi risleting. Anyaman bulu yang saling berpautan sebelah-menyebelah dengan pengait ini, terletak begitu rapat satu sama lain sehingga jika kita meniupkan asap ke arah bulu, tidak ada asap yang lolos ke sisi yang lain. Jika pengaitnya terlepas karena sesuatu hal, burung cukup mengibaskan dirinya atau, dalam kasus yang lebih parah, meluruskan bulunya dengan paruh, sehingga bulu kembali pada keadaan semula. Struktur bulu burung sangat penting untuk terbang. Burung dapat terbang karena tidak ada aliran udara yang lolos akibat tertahan oleh sayapnya.
Di samping rancangan yang terperinci pada bulu burung, keanekaragaman warna yang kaya pada bulu burung juga menarik perhatian. Keanekaragaman warna ini terjadi karena adanya pigmen di dalam bulu yang sudah tersedia saat bulu pertama mulai tumbuh dan juga karena pergeseran cahaya pada bulu burung. Bulu, yang terbuat dari keratin, akan diganti dalam selang waktu tertentu karena bulu burung cepat rusak akibat kondisi lingkungan sekitar. Namun, setiap kali, burung-burung memperoleh kembali bulunya yang beraneka warna. Ini karena bulu burung terus tumbuh sampai panjang tertentu, dan mencapai warna dan corak yang khas sesuai dengan jenisnya.
KEINDAHAN KUPU-KUPU SEBAGAI KEAJAIBAN TUHAN
KEINDAHAN KUPU-KUPU
Lihatlah sayap kupu-kupu pada gambar di sebelah kanan seolah-olah
Anda melihatnya untuk pertama kali. Tentu saja Anda akan diliputi rasa kagum
melihat penampilan yang sedemikian indahnya, simetri yang tanpa cacat sedikit
pun, serta corak dan warna yang memesona. Sekarang bayangkan tentang sehelai
kain. Anggaplah bahwa kain itu merupakan kain yang indah bermutu tinggi yang
ditenun berdasarkan ilham dari corak kupu-kupu ini. Apa yang akan Anda pikirkan
jika Anda melihat sehelai kain seperti ini di jendela sebuah toko? Mungkin,
dalam benak Anda muncul bayangan seorang seniman, yang telah menggambar corak
kain ini dan mengambil ilham dari sayap kupu-kupu saat menggambarnya, lalu Anda
menghargai cita rasa seninya. Dalam keadaan ini, Anda seharusnya juga menyadari
kenyataan ini: cita rasa seni yang Anda kagumi bukanlah milik orang yang
menggambar corak kain, yang mengambil kupu-kupu sebagai contoh, tetapi adalah
milik Allah, Yang memberi ide dari corak dan warna sayap kupu-kupu. Sayap
kupu-kupu yang berwarna-warni dengan beragam corak yang sangat indah merupakan
pengejewantahan cita rasa seni Allah yang menakjubkan dalam warna. Seperti
halnya corak pada secarik kain yang tidak terjadi dengan begitu saja, simetri
warna dan corak pada sayap kupu-kupu yang begitu sempurna tidak mungkin terjadi
secara kebetulan pula.
Selain itu, sayap yang hebat ini bukan satu-satunya keistimewaan kupu-kupu
yang menarik perhatian. Rancangan tubuh kupu-kupu juga sempurna dalam berbagai
segi. Kupu-kupu mengambil makanan dengan mengisap cairan bunga. Kebanyakan
kupu-kupu memiliki alat tubuh yang panjang yang disebut proboscis atau belalai,
yang digunakan untuk mencapai cairan yang berada di kedalaman tertentu.
Proboscis adalah lidah panjang yang digunakan untuk meminum air atau untuk
mengisap cairan dari bunga. Kupu-kupu menggulung lidah panjang ini saat tidak
digunakan. Panjang lidah ini saat tidak digulung bisa tiga kali panjang tubuh
kupu-kupu.
Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga
mempunyai kerangka yang melapisi permukaan luar tubuh mereka. Kerangka luar atau
eksoskeleton ini terdiri dari piringan keras yang dihubungkan dengan jaringan
lembut, yang mirip dengan baju zirah. Bahan yang keras ini disebut “chitin.”
Pembentukan lapisan terjadi melalui proses yang sangat menarik. Seperti yang
sudah umum diketahui, ulat bulu menempuh proses yang agak rumit yang disebut
metamorfosa. Ulat bulu mula-mula menjadi pupa dan kemudian berubah menjadi
kupu-kupu. Melalui proses metamorfosa ini, terjadi perubahan tipis pada sayap,
antena, kaki, dan bagian tubuh lainnya. Begitu pula, sel-sel di sejumlah wilayah
kunci, misalnya otot-otot dan sayap untuk terbang, tersusun kembali melalui
setiap tahap metamorfosa. Selanjutnya, bersamaan dengan perubahan ini, hampir
semua sistem pada tubuh—sistem pencernaan, sistem pembuangan, sistem pernafasan,
dll—menjalani perubahan besar-besaran.
Keanekaragaman rancangan dalam
kupu-kupu, seperti juga sayap mereka, adalah milik Allah, Yang Mahakuasa. Allah
adalah Yang menganugerahi sifat-sifat kepada setiap makhluk sesuai dengan
kebutuhannya.
KECEMERLANGAN MAKHLUK YANG BERCAHAYA DIBAWAH LAUT
KECEMERLANGAN MAKHLUK YANG BERCAHAYA
Salah satu makhluk bercahaya yang paling dikenal adalah
kunang-kunang. Para ilmuwan telah menghabiskan waktu bertahun-tahun meneliti
cara menghasilkan cahaya seefisien cahaya yang dihasilkan oleh kunang-kunang.
Kunang-kunang mencapai efisiensi maksimum dan hampir tidak kehilangan energi
sama sekali.
Sebenarnya, kenyataan bahwa ada makhluk yang dapat menghasilkan cahaya, tetapi sekaligus tidak terpengaruh oleh panas dari cahaya ini, adalah cukup menakjubkan. Karena, sebagaimana kita ketahui, setiap proses yang menghasilkan cahaya dalam teknologi masa kini, selalu menghasilkan panas juga, yang dipancarkan keluar sebagai energi termal. Sehingga, karena alasan ini, makhluk yang menghasilkan cahaya seharusnya juga menderita akibat terkena panas yang tinggi. Tetapi ternyata, makhluk yang menghasilkan cahaya tidak terpengaruh oleh panas yang dihasilkannya, karena panas yang dihasilkannya lemah. Mereka menghasilkan sejenis cahaya yang disebut “cahaya dingin” dan struktur tubuh mereka telah dirancang sesuai dengan itu.
Kunang-kunang sebenarnya sejenis kumbang yang menghasilkan cahaya hijau kekuningan melalui reaksi kimia di dalam tubuh mereka. Kunang-kunang, yang memancarkan sinar untuk saling mengenali atau untuk memberi tanda kawin, menggunakan panjang gelombang sinar yang berbeda, tergantung pada spesiesnya. Selain itu, pada beberapa spesies, kunang-kunang jantan yang mula-mula menyorotkan sinar untuk menarik sang betina, sementara pada spesies lainnya, sang betina yang “memanggil.” Sebagian kunang-kunang menggunakan cahaya mereka untuk mempertahankan diri. Mereka mengeluarkan sinar sebagai tanda pada musuh bahwa mereka bukan makanan yang lezat.11
Selain kunang-kunang, sejumlah serangga lainnya, beragam makhluk laut, dan berbagai spesies lainnya juga dapat menghasilkan cahaya sendiri. Setiap spesies memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini meliputi cara menghasilkan cahaya, kegunaan cahaya, serta panjang dan jenis cahaya yang mereka hasilkan.
Siapa yang melengkapi makhluk-makhluk ini dengan sistem yang membuat mereka mampu menghasilkan jenis cahaya yang dapat dimanfaatkan, dan kemudian menjaga kesinambungan sistem ini? Tentu saja bukan makhluk itu sendiri. Tidak mungkin bagian-bagian tubuh yang rumit dari suatu makhluk yang mampu menghasilkan cahaya tanpa mencelakakan makhluk tersebut, terjadi secara tiba-tiba akibat suatu kebetulan. Semua makhluk bercahaya merupakan bukti kekuasaan penciptaan Allah yang sangat hebat. Allah memperkenalkan kepada kita, melalui makhluk-makhluk yang telah diciptakan-Nya ini, bukti tentang pengetahuan, kebijaksanaan, dan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas.
Sebenarnya, kenyataan bahwa ada makhluk yang dapat menghasilkan cahaya, tetapi sekaligus tidak terpengaruh oleh panas dari cahaya ini, adalah cukup menakjubkan. Karena, sebagaimana kita ketahui, setiap proses yang menghasilkan cahaya dalam teknologi masa kini, selalu menghasilkan panas juga, yang dipancarkan keluar sebagai energi termal. Sehingga, karena alasan ini, makhluk yang menghasilkan cahaya seharusnya juga menderita akibat terkena panas yang tinggi. Tetapi ternyata, makhluk yang menghasilkan cahaya tidak terpengaruh oleh panas yang dihasilkannya, karena panas yang dihasilkannya lemah. Mereka menghasilkan sejenis cahaya yang disebut “cahaya dingin” dan struktur tubuh mereka telah dirancang sesuai dengan itu.
Kunang-kunang sebenarnya sejenis kumbang yang menghasilkan cahaya hijau kekuningan melalui reaksi kimia di dalam tubuh mereka. Kunang-kunang, yang memancarkan sinar untuk saling mengenali atau untuk memberi tanda kawin, menggunakan panjang gelombang sinar yang berbeda, tergantung pada spesiesnya. Selain itu, pada beberapa spesies, kunang-kunang jantan yang mula-mula menyorotkan sinar untuk menarik sang betina, sementara pada spesies lainnya, sang betina yang “memanggil.” Sebagian kunang-kunang menggunakan cahaya mereka untuk mempertahankan diri. Mereka mengeluarkan sinar sebagai tanda pada musuh bahwa mereka bukan makanan yang lezat.11
Selain kunang-kunang, sejumlah serangga lainnya, beragam makhluk laut, dan berbagai spesies lainnya juga dapat menghasilkan cahaya sendiri. Setiap spesies memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini meliputi cara menghasilkan cahaya, kegunaan cahaya, serta panjang dan jenis cahaya yang mereka hasilkan.
Siapa yang melengkapi makhluk-makhluk ini dengan sistem yang membuat mereka mampu menghasilkan jenis cahaya yang dapat dimanfaatkan, dan kemudian menjaga kesinambungan sistem ini? Tentu saja bukan makhluk itu sendiri. Tidak mungkin bagian-bagian tubuh yang rumit dari suatu makhluk yang mampu menghasilkan cahaya tanpa mencelakakan makhluk tersebut, terjadi secara tiba-tiba akibat suatu kebetulan. Semua makhluk bercahaya merupakan bukti kekuasaan penciptaan Allah yang sangat hebat. Allah memperkenalkan kepada kita, melalui makhluk-makhluk yang telah diciptakan-Nya ini, bukti tentang pengetahuan, kebijaksanaan, dan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas.
Banyak makhluk bawah laut memiliki sistem
untuk menghasilkan cahaya, seperti kunang-kunang. Umumnya, mereka menggunakan
kemampuan ini untuk mengelabui atau menakuti musuh-musuh mereka. Ubur-ubur
jengger (Ctenophore) adalah makhluk lembut yang mirip dengan ubur-ubur dan
anemon laut. Mereka umumnya memakan tanaman mikroskopis dan hewan-hewan laut
kecil. Sebagian menangkap mangsa mereka menggunakan tentakel (organ menyerupai
belalai) yang lengket dan dapat bergerak di air seperti tali alat memancing.
Varietas lainnya memiliki mulut yang sangat lebar dan dapat menelan berbagai
makhluk, termasuk ubur-ubur jengger lain. Ubur-ubur jengger memiliki
rambut-rambut kecil di tubuh mereka yang digunakan untuk bergerak maju di dalam
air. Selain itu, hampir semua ubur-ubur jengger memiliki sel penghasil cahaya
khusus di sepanjang punggung tubuh mereka yang berlipit. Beberapa spesies
masing-masing memiliki ciri tersendiri yang menarik. Misalnya, ubur-ubur jengger
yang berwarna merah bisa bersinar bila disentuh. Pada saat yang sama ubur-ubur
ini mengalirkan partikel-partikel bercahaya ke dalam air sebagai cara
perlindungan untuk mengusir musuh-musuhnya.12
Makhluk-makhluk seperti bintang laut, landak laut (bulu babi), dan bintang ular (featherstar) disebut “echinodermis.” Sebagian besar permukaan kulitnya ditutupi dengan duri besar tajam yang dapat mereka gunakan untuk pertahanan diri. Mereka hidup pada pantai laut di antara batu karang dan di dasar laut. Makhluk-makhluk ini menghasilkan cahaya sendiri untuk melindungi diri dari musuh-musuh mereka. Mereka bisa memiliki lengan-lengan atau duri bercahaya atau sanggup memancarkan awan cahaya ke dalam air saat diserang oleh pemangsa.
Kita dapat menyebutkan satu spesies bintang laut sebagai contoh lain dari makhluk yang menghasilkan cahaya untuk pertahanan diri. Bintang laut ini tinggal 1000 meter (3280 ft) di bawah permukaan laut. Ujung lengannya bersinar dengan cahaya yang berwarna biru kehijauan. Dengan peringatan bercahaya ini, dia memberi tahu pemangsa yang mungkin mengincarnya, bahwa rasanya tidak enak. Bintang-rapuh (brittlestar), hewan laut bercahaya lainnya, bersinar cerah saat diserang dan dapat membuang ujung salah satu lengannya untuk mengusir pemangsa. Ini merupakan taktik pertahanan yang penting. Karena ujung lengan terus bersinar, hal itu menarik perhatian pemangsa, sehingga memberikan kesempatan bagi brittlestar untuk kabur.13
Seperti terlihat di atas, mekanisme untuk menghasilkan cahaya pada makhluk-makhluk juga merupakan contoh dari kecemerlangan dalam ciptaan Allah. Allah adalah Pencipta dari asal mula, yang tidak ada bandingannya.
Makhluk-makhluk seperti bintang laut, landak laut (bulu babi), dan bintang ular (featherstar) disebut “echinodermis.” Sebagian besar permukaan kulitnya ditutupi dengan duri besar tajam yang dapat mereka gunakan untuk pertahanan diri. Mereka hidup pada pantai laut di antara batu karang dan di dasar laut. Makhluk-makhluk ini menghasilkan cahaya sendiri untuk melindungi diri dari musuh-musuh mereka. Mereka bisa memiliki lengan-lengan atau duri bercahaya atau sanggup memancarkan awan cahaya ke dalam air saat diserang oleh pemangsa.
Kita dapat menyebutkan satu spesies bintang laut sebagai contoh lain dari makhluk yang menghasilkan cahaya untuk pertahanan diri. Bintang laut ini tinggal 1000 meter (3280 ft) di bawah permukaan laut. Ujung lengannya bersinar dengan cahaya yang berwarna biru kehijauan. Dengan peringatan bercahaya ini, dia memberi tahu pemangsa yang mungkin mengincarnya, bahwa rasanya tidak enak. Bintang-rapuh (brittlestar), hewan laut bercahaya lainnya, bersinar cerah saat diserang dan dapat membuang ujung salah satu lengannya untuk mengusir pemangsa. Ini merupakan taktik pertahanan yang penting. Karena ujung lengan terus bersinar, hal itu menarik perhatian pemangsa, sehingga memberikan kesempatan bagi brittlestar untuk kabur.13
Seperti terlihat di atas, mekanisme untuk menghasilkan cahaya pada makhluk-makhluk juga merupakan contoh dari kecemerlangan dalam ciptaan Allah. Allah adalah Pencipta dari asal mula, yang tidak ada bandingannya.
Bagi lumba-lumba, bernafas bukanlah gerak refleks, atau gerak yang terjadi dengan sendirinya dan tak disadari seperti pada manusia dan mamalia darat lain. Akan tetapi bernafas pada lumba-lumba merupakan gerakan yang disadari atau disengaja.14 Dengan kata lain, lumba-lumba memutuskan untuk bernafas sebagaimana kita memutuskan untuk berjalan. Ada pula tindakan pencegahan yang diambil sehingga hewan ini tidak mati tenggelam saat sedang tidur di air. Saat tidur, lumba-lumba menggunakan belahan otak kanan dan kirinya secara bergantian, dalam rentang sekitar 15 menit. Saat satu belahan otak tidur, lumba-lumba menggunakan belahan otak satunya lagi untuk muncul di permukaan air agar memperoleh udara.
Lumba-lumba bernafas menggunakan paru-parunya seperti mamalia yang lain, yang artinya mereka tidak dapat bernafas di dalam air seperti ikan. Oleh sebab itu, mereka secara berkala muncul ke permukaan air untuk bernafas. Di bagian atas kepalanya terdapat sebuah lubang yang memungkinkan mereka melakukan hal tersebut. Tubuh lumba-lumba memiliki rancangan yang sempurna, sehingga bila dia menyelam ke dalam air, lubang ini secara otomatis tertutup, sehingga mencegah air masuk ke dalam tubuh lumba-lumba. Saat hewan ini muncul di permukaan air, penutup lubang ini kembali terbuka.
Moncong di paruh lumba-lumba merupakan rancangan lainnya yang membantu gerakan hewan ini di dalam air. Dengan struktur ini, energi yang digunakan saat menembus air sangat sedikit dan dia dapat berenang dengan kecepatan yang lebih tinggi. Kapal-kapal modern juga memanfaatkan haluan seperti moncong lumba-lumba, yang dirancang secara hidrodinamis untuk meningkatkan kecepatan kapal persis seperti lumba-lumba.
Selain itu, lumba-lumba dapat berenang dengan kecepatan amat tinggi, yang membuat para ilmuwan terpesona. Ada aliran air yang lancar di sekitar tubuh lumba-lumba. Penelitian yang dilakukan terhadap kulit lumba-lumba telah menemukan penyebab aliran ini. Kulit lumba-lumba terdiri dari tiga lapisan. Lapisan terluar tipis dan sangat elastis. Lapisan tengah sebagian besar tersusun dari jaringan ikat dan mempunyai tambahan yang tampak seperti sikat plastik; sikat ini mengaitkan lapisan terluar ke lapisan yang di tengah. Lapisan yang ketiga, yang terletak paling dalam, terdiri dari berkas-berkas serat elastis. Karenanya, saat terjadi turbulensi (pergolakan) pada air di sekitar lumba-lumba akibat kecepatan berenang lumba-lumba, kulit terluar ini meneruskan tekanan yang luar biasa akibat turbulensi ini, ke lapisan yang lebih dalam hingga terserap. Maka, turbulensi yang baru dimulai kembali menghilang sebelum menjadi bertambah besar.15
Semua struktur ini, yang khusus terdapat pada lumba-lumba di antara semua hewan lainnya, merupakan bukti nyata dari suatu tindak perancangan yang cerdas. Allah telah menciptakan lumba-lumba, seperti juga semua makhluk lainnya, dengan struktur tubuh mereka yang tepat sesuai dengan lingkungannya.
Nudibranch, sejenis siput laut yang tak punya cangkang,
memiliki rancangan yang sangat menarik dan warna-warni yang cerah dan
mengagumkan. Tubuh mereka agak lembut. Walaupun mereka tidak memiliki cangkang
untuk melindungi diri sendiri, dan banyak makhluk lain yang terpikat karena
penampilan mereka yang menarik, hanya sedikit yang memangsa nudibranch. Ini
karena warnanya yang mencolok menjadi peringatan bagi pemangsa bahwa mereka
sangat beracun.
Salah satu karakteristik siput laut ini adalah adanya “sel penyengat.” Dengan bantuan “sel penyengat” ini, nudibranch dengan mudah melindungi diri dari musuh-musuh mereka. Yang lebih menarik lagi adalah mereka tidak menghasilkan sel-sel ini sendiri. Nudibranch memangsa makhluk yang disebut hyroid, yang memiliki sel penyengat. Nudibranch dapat memakan tentakel makhluk ini tanpa memicu sel penyengat itu berkat lendir khusus yang terdapat di dalam sistem pencernaannya. Mereka menyimpan senjata ini di dalam tonjolan yang berjumbai-jumbai dari tubuh mereka. Bila diganggu, sel ini ditembakkan, sehingga menyengat hewan yang akan memangsa.16
Tak diragukan lagi, tidak mungkin nudibranch mengetahui bahwa hyroid ini beracun tetapi tidak akan membahayakan mereka, dan bahkan, sebaliknya, akan melengkapi mereka dengan suatu alat pertahanan terhadap musuh. Juga tidak mungkin bagi mereka untuk tahu dan mempelajari hal sedemikian berdasarkan pengalaman. Jadi, bagaimana nudibranch bisa menemukan cara pertahanan diri yang memesona ini?
Di sini, sekali lagi tampak di hadapan kita kebenaran yang terungkap secara terbuka di alam semesta. Yang Maha Tunggal yang mengilhami nudibranch untuk menarik perhatian baik dengan keanekaragaman warna maupun coraknya, dan juga melengkapi mereka dengan cara menghasilkan racun, serta menciptakan sistem di tubuh mereka agar racun hyroid tidak membahayakan mereka, adalah Allah, Tuhan dari seluruh alam. Allah menciptakan semua makhluk dengan karakteristik yang sangat berbeda-beda dan dalam aneka warna. Apa yang hendaknya dilakukan seseorang yang menyaksikan kekuasaan Allah yang tidak terhingga di dalam contoh-contoh seperti ini adalah mengagungkan Allah dan mengamalkan akhlak yang baik semata-mata karena Allah. Allah menyampaikan hal ini kepada kita di dalam ayat-ayatNya sebagai berikut:
Salah satu karakteristik siput laut ini adalah adanya “sel penyengat.” Dengan bantuan “sel penyengat” ini, nudibranch dengan mudah melindungi diri dari musuh-musuh mereka. Yang lebih menarik lagi adalah mereka tidak menghasilkan sel-sel ini sendiri. Nudibranch memangsa makhluk yang disebut hyroid, yang memiliki sel penyengat. Nudibranch dapat memakan tentakel makhluk ini tanpa memicu sel penyengat itu berkat lendir khusus yang terdapat di dalam sistem pencernaannya. Mereka menyimpan senjata ini di dalam tonjolan yang berjumbai-jumbai dari tubuh mereka. Bila diganggu, sel ini ditembakkan, sehingga menyengat hewan yang akan memangsa.16
Tak diragukan lagi, tidak mungkin nudibranch mengetahui bahwa hyroid ini beracun tetapi tidak akan membahayakan mereka, dan bahkan, sebaliknya, akan melengkapi mereka dengan suatu alat pertahanan terhadap musuh. Juga tidak mungkin bagi mereka untuk tahu dan mempelajari hal sedemikian berdasarkan pengalaman. Jadi, bagaimana nudibranch bisa menemukan cara pertahanan diri yang memesona ini?
Di sini, sekali lagi tampak di hadapan kita kebenaran yang terungkap secara terbuka di alam semesta. Yang Maha Tunggal yang mengilhami nudibranch untuk menarik perhatian baik dengan keanekaragaman warna maupun coraknya, dan juga melengkapi mereka dengan cara menghasilkan racun, serta menciptakan sistem di tubuh mereka agar racun hyroid tidak membahayakan mereka, adalah Allah, Tuhan dari seluruh alam. Allah menciptakan semua makhluk dengan karakteristik yang sangat berbeda-beda dan dalam aneka warna. Apa yang hendaknya dilakukan seseorang yang menyaksikan kekuasaan Allah yang tidak terhingga di dalam contoh-contoh seperti ini adalah mengagungkan Allah dan mengamalkan akhlak yang baik semata-mata karena Allah. Allah menyampaikan hal ini kepada kita di dalam ayat-ayatNya sebagai berikut:
Dan demikian (pula) di antara manusia,
binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha
Pengampun. (QS. Faathir, 35: 28)
Ikan betet menutupi tubuhnya dengan zat yang mirip gelatin
(agar-agar), khususnya di malam hari. Marilah kita amati bagaimana dihasilkannya
zat ini serta penggunaannya. Ikan betet menghasilkan zat ini untuk melindungi
diri mereka di malam hari terhadap pengaruh dari luar. Zat ini melindungi ikan
dari pemburu nokturnal, yakni pemburu yang beraksi di malam hari. Selain itu,
adanya zat ini memungkinkan ikan untuk menyamarkan dirinya.
Pertama, lendir yang terdiri dari gelatin ini dikeluarkan oleh kelenjar yang terletak di sisi bagian atas dari rongga insang, saat ikan bernafas. Setelah beberapa saat, pelapis mirip-gelatin ini membungkus seluruh tubuh ikan. Fungsi terpenting kantung tidur tembus pandang ini adalah untuk melindungi ikan terhadap belut moray, yang tergolong musuh terbesar ikan betet. Belut moray memiliki indera penciuman yang luar biasa tajam, dan mereka mencari mangsanya dengan menggunakan kemampuan ini. Namun demikian, karena memiliki lapisan pelindung yang ketat ini, moray tidak dapat mencium bau ikan ini, bahkan bisa tidak memperhatikan walaupun mereka menabrak ikan ini saat lewat di sebelahnya.17
Melihat mekanisme yang luar biasa ini, seseorang harus mempertanyakan, bagaimana ikan betet ini bisa melengkapi diri dengan lapisan pelindung pada malam hari? Bagaimana mereka menemukan bahan sepenting itu yang mengganggu indera penciuman moray yang tajam serta membuat mereka aman dan nyaman melewati malam?
Tidak mungkin kita menganggap ikan berpikir dan merencanakan untuk menghasilkan zat di dalam tubuhnya dan kemudian menutupi tubuhnya dengan zat ini. Selain itu, tidak mungkin pula proses pembentukan seperti ini terjadi dengan sendirinya sejalan dengan waktu. Jika ikan betet tidak dapat merencanakan untuk menghasilkan zat dengan kecerdasannya sendiri dan membentuk sistem sedemikian di dalam tubuhnya dengan kemauannya sendiri, ikan betet yang hidup 10.000 tahun yang lalu tidak akan mampu melakukan hal ini pula.
Tubuh ikan yang dilapisi dengan gelatin, yang bertujuan untuk menyamarkan diri dari musuhnya dengan jitu, adalah hal yang sangat cakap. Jelaslah bahwa keistimewaan yang seperti ini dapat terjadi hanya karena adanya perancangan yang cerdas. Kecerdasan ini bukanlah milik ikan atau makhluk apa pun selain Allah, Yang telah menciptakan dan merencanakan semua ini.
Pertama, lendir yang terdiri dari gelatin ini dikeluarkan oleh kelenjar yang terletak di sisi bagian atas dari rongga insang, saat ikan bernafas. Setelah beberapa saat, pelapis mirip-gelatin ini membungkus seluruh tubuh ikan. Fungsi terpenting kantung tidur tembus pandang ini adalah untuk melindungi ikan terhadap belut moray, yang tergolong musuh terbesar ikan betet. Belut moray memiliki indera penciuman yang luar biasa tajam, dan mereka mencari mangsanya dengan menggunakan kemampuan ini. Namun demikian, karena memiliki lapisan pelindung yang ketat ini, moray tidak dapat mencium bau ikan ini, bahkan bisa tidak memperhatikan walaupun mereka menabrak ikan ini saat lewat di sebelahnya.17
Melihat mekanisme yang luar biasa ini, seseorang harus mempertanyakan, bagaimana ikan betet ini bisa melengkapi diri dengan lapisan pelindung pada malam hari? Bagaimana mereka menemukan bahan sepenting itu yang mengganggu indera penciuman moray yang tajam serta membuat mereka aman dan nyaman melewati malam?
Tidak mungkin kita menganggap ikan berpikir dan merencanakan untuk menghasilkan zat di dalam tubuhnya dan kemudian menutupi tubuhnya dengan zat ini. Selain itu, tidak mungkin pula proses pembentukan seperti ini terjadi dengan sendirinya sejalan dengan waktu. Jika ikan betet tidak dapat merencanakan untuk menghasilkan zat dengan kecerdasannya sendiri dan membentuk sistem sedemikian di dalam tubuhnya dengan kemauannya sendiri, ikan betet yang hidup 10.000 tahun yang lalu tidak akan mampu melakukan hal ini pula.
Tubuh ikan yang dilapisi dengan gelatin, yang bertujuan untuk menyamarkan diri dari musuhnya dengan jitu, adalah hal yang sangat cakap. Jelaslah bahwa keistimewaan yang seperti ini dapat terjadi hanya karena adanya perancangan yang cerdas. Kecerdasan ini bukanlah milik ikan atau makhluk apa pun selain Allah, Yang telah menciptakan dan merencanakan semua ini.
Lihatlah ikan kalajengking di gambar ini. Anda akan segera
menyadari betapa sulit bagi mata untuk secara visual membedakan ikan ini dari
lingkungannya.
Ikan kalajengking sebagian besar hidup di dasar laut, di wilayah tropis atau beriklim sedang dan tidak pernah pergi ke laut lepas. Mereka tergolong karnivora (pemakan daging) dan memangsa ikan-ikan yang lebih kecil. Sirip mereka yang panjang dan berbentuk kipas adalah alat penangkis yang hebat terhadap musuh-musuh mereka, dan garis-garis merah dan putih di tubuhnya menyebabkan mangsa sulit melihat mereka di antara batu karang. Ikan kalajengking berwarna-warni menarik. Tetapi karena mereka hidup di sekitar batu-batu karang yang juga berwarna-warni, ikan ini mudah bersembunyi di sana. Hal ini menurunkan peluang untuk dimangsa. Hal ini juga memungkinkan ikan tersebut untuk mendekati mangsanya sendiri dengan mudah.18
Sebagian besar makhluk-makhluk bawah laut sangat sulit dibedakan dari lingkungan tempat tinggal mereka, misalnya ikan kalajengking. Kehadiran makhluk-makhluk ini baru jelas hanya jika mereka bergerak. Makhluk-makhluk yang menyamarkan diri sendiri di bawah laut dengan cara yang sempurna ini juga menggunakan warna mereka untuk berburu, berkembang-biak dan berkirim pesan. Lalu, bagaimana keselarasan ini tercipta? Siapa yang telah menjadikan tubuh ikan berwarna sama dengan batu-batuan tempat tinggalnya dan bahkan membuatnya berpenampilan seperti batu karena bentuknya yang menggelembung? Dan siapa yang telah memberikan warna tumbuhan laut kepada seekor udang? Warna pada makhluk-makhluk ini, yang sesuai dengan lingkungan yang mereka huni, tidak akan mungkin terjadi secara kebetulan melalui proses kimia apa pun atau faktor lain mana pun.
Juga tidak mungkin bagi seekor ikan, udang, atau kepiting untuk menyadari konsep warna dan menghasilkan sistem yang membuat perubahan warna pada diri mereka sendiri. Pemikiran yang seperti ini tidak lebih dari khayalan belaka. Merancang sistem sedemikian, menempatkannya kepada makhluk, mengatur rangkaian dalam gen sehingga dapat terjadi perpindahan dari generasi ke generasi, dan menyandikan semua informasi di dalam sel makhluk hidup, hanya dapat dilakukan oleh pemilik kekuatan yang hebat.
Pemilik kekuatan ini adalah Allah. Allah menciptakan semua makhluk bersamaan dengan ciri-ciri yang mereka miliki. Allah menarik perhatian kita kepada kenyataan ini di dalam ayat berikut:
Ikan kalajengking sebagian besar hidup di dasar laut, di wilayah tropis atau beriklim sedang dan tidak pernah pergi ke laut lepas. Mereka tergolong karnivora (pemakan daging) dan memangsa ikan-ikan yang lebih kecil. Sirip mereka yang panjang dan berbentuk kipas adalah alat penangkis yang hebat terhadap musuh-musuh mereka, dan garis-garis merah dan putih di tubuhnya menyebabkan mangsa sulit melihat mereka di antara batu karang. Ikan kalajengking berwarna-warni menarik. Tetapi karena mereka hidup di sekitar batu-batu karang yang juga berwarna-warni, ikan ini mudah bersembunyi di sana. Hal ini menurunkan peluang untuk dimangsa. Hal ini juga memungkinkan ikan tersebut untuk mendekati mangsanya sendiri dengan mudah.18
Sebagian besar makhluk-makhluk bawah laut sangat sulit dibedakan dari lingkungan tempat tinggal mereka, misalnya ikan kalajengking. Kehadiran makhluk-makhluk ini baru jelas hanya jika mereka bergerak. Makhluk-makhluk yang menyamarkan diri sendiri di bawah laut dengan cara yang sempurna ini juga menggunakan warna mereka untuk berburu, berkembang-biak dan berkirim pesan. Lalu, bagaimana keselarasan ini tercipta? Siapa yang telah menjadikan tubuh ikan berwarna sama dengan batu-batuan tempat tinggalnya dan bahkan membuatnya berpenampilan seperti batu karena bentuknya yang menggelembung? Dan siapa yang telah memberikan warna tumbuhan laut kepada seekor udang? Warna pada makhluk-makhluk ini, yang sesuai dengan lingkungan yang mereka huni, tidak akan mungkin terjadi secara kebetulan melalui proses kimia apa pun atau faktor lain mana pun.
Juga tidak mungkin bagi seekor ikan, udang, atau kepiting untuk menyadari konsep warna dan menghasilkan sistem yang membuat perubahan warna pada diri mereka sendiri. Pemikiran yang seperti ini tidak lebih dari khayalan belaka. Merancang sistem sedemikian, menempatkannya kepada makhluk, mengatur rangkaian dalam gen sehingga dapat terjadi perpindahan dari generasi ke generasi, dan menyandikan semua informasi di dalam sel makhluk hidup, hanya dapat dilakukan oleh pemilik kekuatan yang hebat.
Pemilik kekuatan ini adalah Allah. Allah menciptakan semua makhluk bersamaan dengan ciri-ciri yang mereka miliki. Allah menarik perhatian kita kepada kenyataan ini di dalam ayat berikut:
Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak
mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Mahahalus lagi Maha
Mengetahui? Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rejeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya
lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS. Al Mulk, 67: 14-15)
Pernahkah Anda mempertanyakan bagaimana makhluk dapat
mengatur perjalanannya untuk bermigrasi (berpindah tempat) setiap tahun ke
wilayah yang terletak beribu-ribu kilometer jauhnya? Sejumlah pertanyaan segera
sampai ke benak kita: Bagaimana mereka menghitung dengan tepat jarak yang harus
ditempuh dan menyimpan cukup makanan sampai akhir perjalanan mereka? Mengapa
mereka tidak bingung menentukan jalur yang harus ditempuh? Bagaimana mereka tahu
bahwa cuaca di tempat tujuan akan lebih baik? Bagaimana mereka mencari jalan
bahkan ke tempat yang belum pernah mereka datangi sebelumnya?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini, dan banyak lagi, tak dapat dielakkan lagi,
menuju kepada satu fakta yang nyata.
Jelas tidak mungkin hewan yang melakukan migrasi ini memperoleh informasi tentang tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi melalui pikiran dan kemauan mereka sendiri, lalu membuat perhitungan dan pergi berkelompok sesuai dengan perhitungan ini. Situasi ini mengungkapkan bahwa apa pun yang mereka lakukan “diilhami,” dan bahwa makhluk-makhluk ini dipimpin oleh sesuatu yang hebat. Hewan migran ini mencari jalan mereka, memahami bagaimana cara menghemat energi dan mengumpulkan informasi lain yang diperlukan, semata-mata karena ilham dari Allah.
Udang berduri adalah salah satu contoh hewan-berpindah atau migran ini. Mari kita lihat bagaimana makhluk-makhluk ini mencapai hal yang tampak mustahil. Udang berduri hidup di antara gosong karang di perairan tropis dan beriklim sedang. Saat musim gugur tiba, mereka meninggalkan gua-gua besar yang terdapat di gosong karang dan berkumpul dalam kelompok besar di bawah laut. Mereka membentuk lajur, yang dapat terdiri dari hanya beberapa ekor udang sampai lebih dari seratus, dengan setiap hewan berbaris di belakang yang lain, dan antena mereka menyentuh ekor hewan di depannya. Ada alasan penting di balik perpindahan udang bersama-sama seperti ini. Mula-mula, dengan melakukan perjalanan di dalam barisan, udang mengurangi dampak tarikan dari air, memungkinkan mereka menggunakan lebih sedikit energi dan bergerak lebih cepat. Dengan begini mereka juga terlindung karena mereka harus melewati dataran pasir yang terbuka, tidak ada tempat untuk bersembunyi. Sewaktu udang diserang oleh pemangsa, mereka bubar dari barisan dan membentuk lingkaran, dan mengeluarkan cakarnya untuk melindungi dirinya.19
Udang dewasa bertelur di gosong karang di pantai. Larvanya, kemudian terbawa arus air kembali ke laut, sehingga akhirnya sampai ke dasar laut. Daur tersebut terulang sewaktu udang muda tumbuh dan mencapai masa dewasa serta mulai berpindah tempat kembali ke tempat bertelur.
Jelas tidak mungkin hewan yang melakukan migrasi ini memperoleh informasi tentang tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi melalui pikiran dan kemauan mereka sendiri, lalu membuat perhitungan dan pergi berkelompok sesuai dengan perhitungan ini. Situasi ini mengungkapkan bahwa apa pun yang mereka lakukan “diilhami,” dan bahwa makhluk-makhluk ini dipimpin oleh sesuatu yang hebat. Hewan migran ini mencari jalan mereka, memahami bagaimana cara menghemat energi dan mengumpulkan informasi lain yang diperlukan, semata-mata karena ilham dari Allah.
Udang berduri adalah salah satu contoh hewan-berpindah atau migran ini. Mari kita lihat bagaimana makhluk-makhluk ini mencapai hal yang tampak mustahil. Udang berduri hidup di antara gosong karang di perairan tropis dan beriklim sedang. Saat musim gugur tiba, mereka meninggalkan gua-gua besar yang terdapat di gosong karang dan berkumpul dalam kelompok besar di bawah laut. Mereka membentuk lajur, yang dapat terdiri dari hanya beberapa ekor udang sampai lebih dari seratus, dengan setiap hewan berbaris di belakang yang lain, dan antena mereka menyentuh ekor hewan di depannya. Ada alasan penting di balik perpindahan udang bersama-sama seperti ini. Mula-mula, dengan melakukan perjalanan di dalam barisan, udang mengurangi dampak tarikan dari air, memungkinkan mereka menggunakan lebih sedikit energi dan bergerak lebih cepat. Dengan begini mereka juga terlindung karena mereka harus melewati dataran pasir yang terbuka, tidak ada tempat untuk bersembunyi. Sewaktu udang diserang oleh pemangsa, mereka bubar dari barisan dan membentuk lingkaran, dan mengeluarkan cakarnya untuk melindungi dirinya.19
Udang dewasa bertelur di gosong karang di pantai. Larvanya, kemudian terbawa arus air kembali ke laut, sehingga akhirnya sampai ke dasar laut. Daur tersebut terulang sewaktu udang muda tumbuh dan mencapai masa dewasa serta mulai berpindah tempat kembali ke tempat bertelur.
Penampilan kuda laut sangatlah mencolok, dan struktur
umumnya memiliki rancangan yang sangat spesifik. Ukuran mereka bervariasi dari
sekitar 4 sampai 30 sentimeter (1,6 sampai 11,8 inci) dan mereka biasanya
tinggal sepanjang pantai, di antara ganggang laut dan tumbuhan lainnya. Semacam
baju zirah dari tulang melindungi mereka dari segala jenis bahaya. Baju zirah
ini begitu kuatnya sehingga Anda tidak mungkin menghancurkan kuda laut yang
sudah mati dan mengering dengan hanya menggunakan tangan.
Kepala kuda laut terletak membentuk sudut siku-siku dengan
tubuhnya. Keistimewaan ini tidak ditemukan pada ikan yang lain. Kuda laut
berenang dengan tubuh yang tegak dan mereka dapat menganggukkan kepala ke atas
dan ke bawah. Tetapi mereka tidak dapat menggelengkan kepala atau menoleh ke
kiri dan kanan. Hal ini bisa menjadi masalah bagi makhluk-makhluk yang lain,
namun tidak demikian dengan kuda laut, berkat perancangan tubuh mereka yang
khusus. Mata kuda laut dapat bergerak dengan bebas, berputar-putar mengamati
setiap sisi sehingga mereka dapat melihat sekelilingnya dengan mudah, bahkan
tanpa mampu menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.
Cara berenang kuda laut juga dipengaruhi oleh sistem yang
sangat khusus. Kuda laut bergerak naik-turun di dalam air dengan cara mengubah
isi udara dalam kantung renangnya. Jika kantung renang ini rusak dan kehilangan
sedikit udara, kuda laut tenggelam ke dasar laut. Kecelakaan yang sedemikian
menyebabkan matinya kuda laut. Di sini, ada hal sangat penting yang tidak boleh
dilewatkan. Jumlah udara di dalam kantung renang telah ditetapkan secara amat
teliti. Oleh sebab itulah, perubahan yang sangat tipis dapat menyebabkan
kematian makhluk tersebut. Keseimbangan yang peka ini menunjukkan sesuatu yang
sangat penting. Kuda laut dapat bertahan hanya jika keseimbangan ini terjaga.
Dengan kata lain, kuda laut dapat bertahan hidup karena telah dilengkapi dengan
sistem ini saat pertama muncul di dunia. Situasi ini menunjukkan kepada kita
bahwa kuda laut tidak akan mungkin memperoleh karakteristik mereka seiring
dengan berjalannya waktu, yaitu, kuda laut bukan produk evolusi sebagaimana
diklaim oleh para evolusionis. Seperti semua makhluk di alam semesta, Allah yang
menciptakan mereka, lengkap dengan karakteristiknya.
Mungkin aspek yang paling menakjubkan dari kuda
laut adalah bahwa kuda laut jantan, bukan yang betina, yang melahirkan
anak-anaknya. Kuda laut jantan memiliki kantung perut yang besar dan pembuka
seperti celah di bagian dasar perutnya, yang tidak dilapisi baju zirah. Kuda
laut betina meletakkan telur-telurnya langsung ke dalam kantung perut ini dan
kuda laut jantan membuahi telur saat dijatuhkan. Lapisan dalam kantung perut
menjadi seperti spons dan dipenuhi dengan pembuluh darah, yang penting untuk
memberi makan telur. Satu atau dua bulan kemudian kuda laut jantan melahirkan
kembaran kecil dari dirinya sendiri.20
Kuda laut, yang hanya salah satu dari berjuta-juta spesies yang
hidup di bawah laut, memiliki karakteristik yang khas pada berbagai segi.
Perancangan kuda laut hanyalah satu contoh dari kekuasaan yang tidak terbatas
dan pengetahuan yang abadi milik Allah:
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila
Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya
mengatakan kepadanya: “Jadilah”. Lalu jadilah ia. (QS. Al Baqarah, 2: 117)
Semua orang tahu ubur-ubur serta betapa menarik dan anehnya
jenis hewan ini bagi kita. Tetapi, ubur-ubur, makhluk yang hampir 95 persen
terbuat dari air, juga memiliki sejumlah keistimewaan mengejutkan yang tidak
diketahui secara umum. Sebagian jenisnya, misalnya, membuat bingung
musuh-musuhnya dengan memancarkan cahaya, sementara sebagian yang lain
menghasilkan racun mematikan di dalam tubuhnya.
Ubur-ubur dapat hidup di hampir segala iklim, dan sebagian
besar berbahaya bagi makhluk lainnya. Ubur-ubur memiliki struktur yang tembus
pandang dan tentakel (organ menyerupai belalai) yang berjuntai dari bagian bawah
tubuhnya. Pada beberapa spesies, ada cairan beracun di dalam tentakelnya.
Ubur-ubur menangkap mangsanya dengan cara menyemprotkan racun ini dan membunuh
musuh-musuhnya. Ubur-ubur yang tidak mempunyai racun tentu saja bukan berarti
tidak dapat mempertahankan diri. Sebagian di antaranya menggunakan sel yang
menghasilkan cahaya untuk melindungi dirinya. Mereka bertindak dengan terencana
dan menggunakan metode untuk menyelamatkan diri dari kura-kura laut, burung
laut, ikan dan paus, yang semuanya merupakan musuhnya. Saat ubur-ubur berenang
melarikan diri dari musuh-musuhnya, seluruh tubuh ubur-ubur memancarkan cahaya.
Tetapi, saat musuh mencoba menggigitnya, cahaya di bagian tubuh yang berbentuk
lonceng pun padam, dan tentakel yang masih bercahaya dilepaskan dari tubuhnya.
Dengan cara ini, musuh-musuh mereka mengalihkan perhatian pada tentakel
tersebut. Ubur-ubur mengambil keuntungan dari situasi ini dan segera melarikan
diri.
Seekor serdadu perang Portugis (gambar di kiri bawah) merupakan jenis ubur-ubur raksasa yang juga dikenal sebagai “ubur-ubur biru.” Hewan ini hidup di semua wilayah yang beriklim sedang dan tropis, termasuk di Mediterania (laut Tengah).
Serdadu perang Portugis memiliki organ yang mirip-layar bewarna biru tua yang muncul sampai 20 cm (8 inci) dari permukaan laut. Organ inilah yang memungkinkan hewan berenang dan bergerak. Pada tentakelnya yang berbentuk spiral ada kapsul yang mengandung racun, yang menyebabkan kelumpuhan.
Semua keistimewaan ubur-ubur ini menarik perhatian. Bagaimana mungkin makhluk yang hampir seluruhnya terdiri dari air ini, yang layu dan mati segera bila terkena matahari, menghasilkan zat-zat kimia? Dan bagaimana makhluk ini dapat mengembangkan taktik untuk membingungkan musuh-musuhnya?
Ubur-ubur tidak memiliki mata untuk melihat mangsa dan musuhnya, tidak pula memiliki otak. Makhluk ini hanya berupa massa air seperti agar-agar, walaupun demikian dia menjalankan tingkah laku berakal seperti berburu dengan menggunakan berbagai taktik, dan meloloskan diri dari musuh-musuhnya. Jelaslah bahwa pikiran yang menghasilkan cara-cara pemecahan sedemikian tidak mungkin berasal dari ubur-ubur. Bila kita meneliti setiap potong informasi tentang ubur-ubur dari sudut pandang ini, kita mutlak sampai pada kesimpulan yang sangat penting dan memperluas cakrawala kita. Seseorang yang merenungi ubur-ubur, serta keistimewaan dan tindakannya, akan memahami bahwa hewan ini tidak dapat melakukan sesuatu dengan hanya mengandalkan dirinya sendiri, dan bahwa hewan tersebut dikendalikan oleh kekuasaan yang memiliki wewenang di atas segalanya. Kekuasaan ini, yang tidak ada bandingannya, adalah milik Allah. Dengan menciptakan sederetan hewan yang mengagumkan dari berbagai jenis, Allah menunjukkan kebijaksanaan-Nya yang tinggi dan pengetahuan-Nya yang tiada tara di dalam makhluk-makhluk ini. Ubur-ubur hanyalah salah satu contohnya.
Makhluk yang terlihat dalam gambar di sebelah kanan adalah moluska
yang disebut scallop. Sekarang, lihatlah baik-baik gambar tersebut. Apakah Anda
memperhatikan titik-titik kecil berwarna biru cerah yang berbaris di sepanjang
bagian pinggir makhluk yang berbentuk kerang laut ini? Terkejutkah Anda bila
kami memberitahu bahwa sebenarnya masing-masing titik biru ini adalah sebuah
mata?Seekor serdadu perang Portugis (gambar di kiri bawah) merupakan jenis ubur-ubur raksasa yang juga dikenal sebagai “ubur-ubur biru.” Hewan ini hidup di semua wilayah yang beriklim sedang dan tropis, termasuk di Mediterania (laut Tengah).
Serdadu perang Portugis memiliki organ yang mirip-layar bewarna biru tua yang muncul sampai 20 cm (8 inci) dari permukaan laut. Organ inilah yang memungkinkan hewan berenang dan bergerak. Pada tentakelnya yang berbentuk spiral ada kapsul yang mengandung racun, yang menyebabkan kelumpuhan.
Semua keistimewaan ubur-ubur ini menarik perhatian. Bagaimana mungkin makhluk yang hampir seluruhnya terdiri dari air ini, yang layu dan mati segera bila terkena matahari, menghasilkan zat-zat kimia? Dan bagaimana makhluk ini dapat mengembangkan taktik untuk membingungkan musuh-musuhnya?
Ubur-ubur tidak memiliki mata untuk melihat mangsa dan musuhnya, tidak pula memiliki otak. Makhluk ini hanya berupa massa air seperti agar-agar, walaupun demikian dia menjalankan tingkah laku berakal seperti berburu dengan menggunakan berbagai taktik, dan meloloskan diri dari musuh-musuhnya. Jelaslah bahwa pikiran yang menghasilkan cara-cara pemecahan sedemikian tidak mungkin berasal dari ubur-ubur. Bila kita meneliti setiap potong informasi tentang ubur-ubur dari sudut pandang ini, kita mutlak sampai pada kesimpulan yang sangat penting dan memperluas cakrawala kita. Seseorang yang merenungi ubur-ubur, serta keistimewaan dan tindakannya, akan memahami bahwa hewan ini tidak dapat melakukan sesuatu dengan hanya mengandalkan dirinya sendiri, dan bahwa hewan tersebut dikendalikan oleh kekuasaan yang memiliki wewenang di atas segalanya. Kekuasaan ini, yang tidak ada bandingannya, adalah milik Allah. Dengan menciptakan sederetan hewan yang mengagumkan dari berbagai jenis, Allah menunjukkan kebijaksanaan-Nya yang tinggi dan pengetahuan-Nya yang tiada tara di dalam makhluk-makhluk ini. Ubur-ubur hanyalah salah satu contohnya.
Betapa pun mengherankannya, setiap titik biru tersebut adalah benar-benar mata milik makhluk yang terlihat pada gambar. Deretan mata ini, yang masing-masing berukuran hanya 1 mm (0,04 inci), memungkinkan makhluk ini lolos dari musuh-musuhnya.21
Setiap mata kecil scallop mempunyai lensa dan retina sendiri. Lensa mata untuk mengumpulkan dan memusatkan cahaya. Namun, makhluk ini tidak mempunyai pusat visual di dalam otaknya. Dengan kata lain, bayangan yang terfokus di mata mereka tidak diteruskan ke dalam otak, seperti halnya mata normal. Para ilmuwan yang mempelajari mata scallop menduga bahwa mata ini mungkin tidak dapat digunakan untuk melihat. Jadi, apa guna sejumlah mata yang menakjubkan ini?
Scallop menggunakan mata-mata ini untuk membedakan terang dan gelap, sehingga memungkinkan mereka bergerak dari wilayah yang berpasir ke dataran berumput. Selanjutnya, mata mereka yang berukuran milimeter cukup peka sehingga scallop dapat merasakan gerakan yang terjadi di sekitar mereka. Dengan kemampuan yang berharga ini, scallop dapat meloloskan diri dari pemangsanya.
Karakteristik mata scallop sesuai dengan kebutuhannya di dalam lingkungannya, sehingga jelaslah bahwa pembentukan mata ini dirancang dengan sangat saksama. Mata-mata ini berbaris di bagian luar cangkang sedemikian sehingga makhluk ini bisa merasakan apa yang terjadi di sekitarnya. Keselarasan, keteraturan dan perencanaan yang melingkupi seluruh alam semesta ini, mulai dari udang-udangan bawah laut sampai burung-burung di udara, dari sistem di pepohonan sampai bintang-bintang di angkasa, tentulah merupakan karya dari seorang perencana, seorang perancang. Allah menunjukkan keberadaannya-Nya kepada kita melalui makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang dirancang dengan sangat teperinci. Orang-orang yang bijaksana dapat merasakan adanya kekuatan tak terbatas dari Allah, yang menunjukkan keberadaan-Nya di mana-mana, mulai dari atom sampai galaksi, dan bahwa mereka harus berpaling hanya kepada Allah. Di dalam Al-Quran, kita diingatkan tentang hal ini sebagai berikut:
Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan
apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia.
Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan
hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (QS. Al Qashash, 28: 88)
Langganan:
Postingan (Atom)